Kota Edirne, Januari – Mac 1453 Masihi
Menjelang
akhir Januari, Sultan Muhammad al-Fateh mengumpulan semua pentadbir, angkatan
tentera Uthmaniah dan majoriti rakyatnya di suatu kawasan lapang yang luas. Pada
usia 21 tahun, beliau berdiri di hadapan rakyatnya dengan penuh tawaduk namun
kecekalan terpancar di wajahnya.
“Wah!
Kacak betul Sultan kita. Gagah lagi jernih mukanya. Nur iman terpancar di wajah
beliau,” seorang petani tua berkata kepada isterinya.
“Betullah,
Abu Mashur. Sultan Muhammad nampak bergaya. Kalau jadi menantu kita alangkah
bagusnya,” sampuk sang isteri.
“Ah,
kamu jangan hendak berangan-angan. Kita petani, anak gadis kita pula hanya
orang biasa. Tidak layak,” jawab suaminya sambil tersenyum.
Isterinya
hanya tersengih, kemudian berkata, “Saya bergurau sahaja.”
Sultan
Muhammad al-Fateh mulakan pidatonya dengan puji-pujian kepada Allah dan selawat
serta salam ke atas junjungan mulia Nabi Muhammad bin Abdullah (SAW).
“Kita
adalah para ghazi yang mendapat anugerah Allah sebagai pahlawan Islam yang
berani lagi gagah! Generasi Islam kita, keturunan Uthman dan pelbagai suku Turki
lainnya, adalah kesatria Islam yang api jihad berada di dalam dadanya. Ghazi
yang tidak takut saat orang lain takut, yang menjadikan jihad di jalan Allah
sebagai temasya harian, dan syahid sebagai cita-cita tertinggi.
“Kedaulatan
Uthmaniah dengan sinar Islam tidak akan selamat sebelum kita bebaskan
Konstantinopel. Sungguh kalian sudah lihat selama ini, mereka tidak pernah
berhenti menyusahkan kita dengan menguatkan tentera beserta senjata-senjata demi
mengempur kita, demi meniup api permusuhan sesama manusia. Andai para ghazi
pemberani terus membiarkan mereka menongkat langit dengan keangkuhan, atau
Konstantinopel tetap dibayangi kuasa tirani, damai bagaikan menjauh. Damai persis
terpasak di perut bumi yang tidak boleh digali naik buat pengubat resah jiwa.
“Semenjak
kali pertama Khalifah Muawiyah bin Abu Sufyan mengepungnya dan sehingga usaha terakhir
almarhum ayahanda saya, kota itu tetap kukuh, bersama egonya yang mencanak. Janji
Allah sudah hampir, duhai ghazi Turki! Saat ini mereka bercakaran antara satu
sama lain bagaikan musuh yang harus diperangi. Keadaan dalaman mereka ibarat
retak menunggu pecah berderai.
“Dengan
izin Allah jua, kekuatan umat Islam sudah merangkumi Laut Tengah yang pernah
kebal dari kita, dan semua laluan laut utama kita kuasai. Konstantinopel
bukanlah perkara mustahil untuk ditakluki!
“Dari
anak ke ayah, sehingga ke cucu kemudian cicit, api jihad sentiasa menyala
terang. Generasi para ghazi! Di bahu kalian terpikul amanah untuk berjihad di
jalan Allah! Rasulullah (SAW) sudah menjanjikan takluknya Konstantinopel oleh
kita, tentera Muslimin. Justeru di masa kita inilah janji itu bakal terurai. Saya
akan mulakan gerak jihad, langkah kesatria, jejak perajurit untuk memastikan
hadis Rasul itu tercapai! Jangan tinggalkan harta dan nyawa kita di sini! Julang
panji dan senjata al-Fateh!
“Kepantasan
gerak adalah kunci pembebasan. Seluruh sumber yang kita miliki harus digembleng
dengan cepat, diorganisasi secara cekap, diselenggara dengan benteng iman. Kita
pukul dan gempur musuh yang melawan dengan gerakan jihad! Penaklukan ini ialah
harga sebuah syahid!
“Bila
saya, Sultan Muhammad, harus memimpin Uthmaniah tanpa Konstantinopel, lebih
baik saya tidak menjadi pemimpin langsung!”
Sebelumnya: Perang Konstantinopel: Pendahuluan
Perang Konstantinopel (1)
Perang Konstantinopel (2)
Perang Konstantinopel (3)
Perang Konstantinopel (4)
Perang Konstantinopel (5)
Perang Konstantinopel (6)
Perang Konstantinopel (7)
Perang Konstantinopel (8)
Perang Konstantinopel (9)
Perang Konstantinopel (10)
Perang Konstantinopel (11)
Perang Konstantinopel (12)
Perang Konstantinopel (1)
Perang Konstantinopel (2)
Perang Konstantinopel (3)
Perang Konstantinopel (4)
Perang Konstantinopel (5)
Perang Konstantinopel (6)
Perang Konstantinopel (7)
Perang Konstantinopel (8)
Perang Konstantinopel (9)
Perang Konstantinopel (10)
Perang Konstantinopel (11)
Perang Konstantinopel (12)
** Hakcipta Terpelihara 2012 Web Sutera. Plagiat adalah haram hukumnya dalam agama Islam.
0 comments:
Post a Comment